Teheran— Wakil Presiden Iran Muhammad Javad Zarif mengundurkan diri dari jabatannya. Kabar tersebut datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel akibat pembunuhan pemimpin Hamaz Ismail Haniyeh.
Saya mengundurkan diri dari posisi wakil Presiden untuk urusan strategis pekan lalu,” tulis Zarif di X.
Dilansir dari AFP, Zarif adalah mantan menteri luar negeri Iran. Salah satu peran diplomasi yang pernah dia mainkan adalah menegosiasikan kesepakatan nuklir pada 2015 dengan para kekuatan utama dunia (AS, Inggris, Prancis, Rusia, China, plus Jerman) dan Uni Eropa.
Pengunduran diri Zarif terjadi kurang dari dua minggu setelah Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang baru terpilih menunjuknya sebagai wakil presiden.
Ada beberapa alasan untuk pengunduran dirinya, terutama kekecewaannya dengan susunan kabinet beranggotakan 19 orang yang baru diusulkan.
Dia mengaku malu karena tidak dapat mewujudkan keberadaan sejumlah perempuan, pemuda, dan perwakilan kelompok-kelompok etnik ke dalam kabinet pemerintahan Iran seperti yang telah dia janjikan.
Pezeshkian pada Minggu kemarin mempresentasikan kabinetnya, yang di dalamnya termasuk seorang perempuan, ke Parlemen Iran untuk disetujui. Daftar yang diusulkan itu mendapat kritik dari beberapa kalangan di kubu reformis Iran, termasuk kritik atas dimasukkannya sejumlah tokoh konservatif dari pemerintah almarhum Presiden Ebrahim Raisi.
Zarif mengatakan dia juga menghadapi tekanan pascapengangkatannya sebagai wakil presiden karena anak-anaknya memegang kewarganegaraan AS.
Undang-undang Iran yang diberlakukan pada Oktober 2022 melarang orang-orang yang memiliki kewarganegaraan ganda memperoleh pekerjaan atau menduduki jabatan yang sensitif di pemerintahan. Aturan itu juga berlaku bagi mereka yang memiliki anak-anak atau pasangan dengan kewarganegaraan ganda.