KENDARI— Ketua Bidang Advokasi dan Pergerakan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Halu Oleo (BEM UHO), Alfansyah, menantang calon Gubernur daerah Sulawesi Tenggara (Sultra) untuk diuji gagasan dan visi mereka di lingkungan kampus di hadapan mahasiswa dan akademisi. Undangan ini diharapkan dapat menjadi ajang transparansi serta membuktikan kapabilitas para calon pemimpin dalam menyelesaikan berbagai permasalahan di daerah.
“Mahasiswa sebagai agen perubahan memiliki hak untuk mengetahui sejauh mana calon-calon kepala daerah memahami masalah di Sultra. Selain itu, forum ini juga diharapkan menjadi ajang bagi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam proses politik yang sehat”, ucap Alfan melalui keterangan persnya di Kendari, Senin, 30/9/2024.
Alfan mengatakan bahwa beberapa hari lalu, BEM UHO telah mengirimkan surat resmi kepada seluruh calon, namun hingga kini belum ada yang merespons. Alfansyah menekankan pentingnya forum ini sebagai sarana bagi calon pemimpin untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap generasi muda.
“Kami ingin melihat apakah calon kepala daerah benar-benar peduli dan siap menjawab tantangan masyarakat. Ini bukan sekadar ajang kampanye, tetapi kesempatan untuk menyampaikan solusi nyata,” ujarnya.
Alfansyah menambahkan bahwa agenda ini sangat penting untuk memastikan calon pemimpin tidak hanya berasal dari hasil survei, tetapi dari pemikiran yang diuji didalam universitas. Acara ini dirancang agar mahasiswa dapat langsung mengajukan pertanyaan dan mengkritisi program yang ditawarkan.
“Kami menantang para calon kepala daerah untuk datang ke kampus dan memaparkan program serta visi-misi mereka. Kami ingin mengetahui bagaimana mereka berencana mengatasi masalah-masalah krusial seperti pendidikan, infrastruktur, lapangan kerja, dan ekonomi kreatif yang menjadi perhatian masyarakat Sulawesi Tenggara,” ungkapnya.
BEM UHO berpendapat mahasiswa berhak mengetahui rencana calon pemimpin terkait isu penting seperti pendidikan, lingkungan, infrastruktur dan ekonomi.
“Kita tidak ingin pemimpin yang mengejar popularitas, tetapi yang memiliki visi jelas untuk masa depan Sultra,” tegasnya.
Alfan menilai tidak diresponnya tantangan civitas akademika ini menunjukkan ketidak beranian mereka untuk diuji Isi otaknya di kampus.
“Jika mereka tidak mampu menjawab tantangan ini, bagaimana mereka bisa memimpin daerah dengan baik?” tanyanya.
Dengan tantangan ini, BEM UHO berharap calon kepala daerah segera menyadari pentingnya dialog dan keterlibatan langsung dengan masyarakat, terutama generasi muda yang akan menjadi pemilih di masa depan. Keberlanjutan demokrasi yang sehat tergantung pada partisipasi aktif dan keterbukaan.
BEM UHO berkomitmen untuk terus memantau situasi ini dan mengajak mahasiswa berpartisipasi dalam menciptakan iklim politik yang lebih baik di Sulawesi Tenggara.