Jakarta— Wakil Sekretaris Jenderal Badan Relawan Prabowo (BRP), Romadhon, menilai insiden keluarnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan saat Presiden Prabowo Subianto berpidato di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D8 tidak boleh dianggap sebagai penghalang dalam kepemimpinan Indonesia di forum internasional. Ia menegaskan, fokus Indonesia tetap pada upaya memperkuat kerja sama negara-negara D8 dan membela nilai-nilai keadilan global.
“Insiden ini tidak mengurangi komitmen Presiden Prabowo dan Indonesia untuk menjalankan amanah sebagai Ketua D8 pada 2025. Kita harus melihat ke depan, bagaimana Indonesia bisa menjadi motor penggerak kerja sama ekonomi dan politik yang lebih inklusif di antara negara-negara anggota,” ujar Romadhon, Minggu (22/12/2024).
Misi Indonesia: Membangun Kerja Sama dan Solidaritas Global
Romadhon menegaskan bahwa penunjukkan Indonesia sebagai Ketua D8 menunjukkan kepercayaan komunitas internasional terhadap kepemimpinan Indonesia di tengah tantangan global. Menurutnya, fokus utama adalah memperkuat kerja sama ekonomi, pembangunan berkelanjutan, dan solidaritas negara-negara D8, yang meliputi Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki.
“Presiden Prabowo sudah menegaskan dalam pidatonya, Indonesia berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan global, termasuk membela hak-hak Palestina. Ini adalah posisi yang tidak bisa ditawar dan sejalan dengan prinsip-prinsip dasar Indonesia dalam hubungan internasional,” tambah Romadhon.
Menanggapi Insiden Erdogan
Terkait tindakan Erdogan yang meninggalkan ruangan, Romadhon meminta publik untuk tidak menjadikan insiden tersebut sebagai pemicu polemik. Menurutnya, hubungan bilateral antara Indonesia dan Turki tetap terjaga dengan baik.
“Kita tidak perlu berspekulasi lebih jauh. Presiden Prabowo memiliki sikap yang tegas, tetapi tetap diplomatis. Tindakan yang dilakukan Erdogan, apapun alasannya, tidak akan menggoyahkan semangat Indonesia untuk terus berjuang di arena global,” tegasnya.
Pentingnya Diplomasi yang Kuat
Romadhon juga menyoroti pentingnya diplomasi yang kuat untuk memastikan keberhasilan Indonesia memimpin D8. Menurutnya, Presiden Prabowo akan mengutamakan dialog dan kolaborasi, termasuk dengan Turki, untuk mencapai tujuan bersama.
“Kepemimpinan Indonesia di D8 bukan hanya soal prestise, tetapi juga soal tanggung jawab besar. Kita perlu menjaga komunikasi yang baik dengan semua negara anggota, termasuk Turki, agar visi dan misi D8 dapat tercapai,” jelasnya.
Sebagai Ketua D8 pada 2025, Indonesia diharapkan dapat memperjuangkan kerja sama yang lebih konkret, terutama dalam bidang ekonomi dan pembangunan. Romadhon menyatakan bahwa Presiden Prabowo telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk memastikan keberhasilan Indonesia dalam menjalankan peran ini.
“Indonesia akan membawa semangat solidaritas dan kolaborasi. Dengan pengalaman dan visi Presiden Prabowo, saya yakin Indonesia akan mampu menjadi pemimpin yang membawa perubahan positif bagi negara-negara anggota D8,” pungkas Romadhon.
Insiden di KTT D8 ini, menurut Romadhon, harus dilihat sebagai tantangan yang dapat dijadikan peluang untuk memperkuat diplomasi dan kepemimpinan Indonesia di tingkat internasional.