JAKARTA– Visioner Indonesia menggelar diskusi bertajuk “Transformasi Subsidi Energi: Upaya Pertamina dalam Mengoptimalkan BBM Tepat Sasaran” pada Senin (21/10). Acara ini bertujuan untuk membahas strategi terbaru pemerintah dan Pertamina dalam memperbaiki mekanisme distribusi subsidi bahan bakar minyak (BBM) agar lebih tepat sasaran. Diskusi ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari pengambil kebijakan, akademisi, hingga perwakilan dari sektor energi.
Dalam sambutannya Sekretaris Jenderal Visioner Indonesia, Akril Abdillah, menekankan pentingnya kebijakan subsidi yang adil dan efisien di tengah tantangan global seperti krisis energi dan fluktuasi harga minyak dunia. Menurutnya, subsidi energi yang tidak tepat sasaran selama ini justru memperburuk ketimpangan sosial dan mengurangi efektivitas anggaran negara.
“Pertamina telah menerapkan berbagai inovasi digital, seperti aplikasi MyPertamina, untuk memastikan subsidi BBM hanya diterima oleh mereka yang berhak. Upaya ini mencakup integrasi data antara pemerintah, BUMN, dan lembaga terkait untuk memverifikasi pengguna kendaraan yang layak mendapatkan subsidi,” ucap Akril.
Pengamat energi, Adrian, yang juga hadir dalam diskusi tersebut, memberikan analisis mendalam terkait tantangan dalam penerapan kebijakan subsidi energi yang lebih tepat sasaran. Menurutnya, meskipun langkah-langkah yang diambil oleh Pertamina, seperti penggunaan aplikasi MyPertamina, merupakan langkah maju, ada tantangan struktural yang masih perlu diatasi.
“Subsidi energi selama ini lebih banyak dinikmati oleh kelompok masyarakat menengah ke atas, terutama melalui konsumsi BBM. Ini menunjukkan bahwa kebijakan distribusi subsidi harus lebih ketat dalam verifikasi data dan segmentasi penerima manfaat. Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan data yang valid serta integrasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengawasan distribusi subsidi,” ungkap Andrian
Ia juga menyoroti pentingnya diversifikasi energi sebagai langkah strategis jangka panjang. “Fokus terhadap subsidi BBM saja tidak cukup. Pemerintah harus secara aktif mempercepat transisi ke energi terbarukan. Jika ketergantungan pada energi fosil terus berlangsung, tekanan terhadap anggaran negara akan semakin besar, terutama dengan meningkatnya harga minyak dunia,” jelasnya.
Adrian juga menambahkan bahwa upaya edukasi publik dan partisipasi masyarakat dalam mengawal kebijakan subsidi sangat diperlukan.
“Kebijakan ini akan berhasil jika ada kesadaran dari masyarakat untuk turut mendukung penggunaan BBM yang lebih efisien dan tepat sasaran. Di sisi lain, pemerintah juga harus memperkuat regulasi dan sistem pengawasan agar tidak ada penyalahgunaan subsidi,” ucapnya,.
Sementara itu pegiat otomotif, Deni Firmansyah, mengatakan terkait penerapan subsidi BBM tepat sasaran. Menurutnya, kebijakan ini harus mempertimbangkan aspek teknis dan perilaku konsumen di sektor otomotif.
“Sebagai pegiat otomotif, kami melihat langsung bagaimana konsumsi BBM sangat bervariasi tergantung jenis kendaraan dan penggunaannya. Penting untuk memiliki data yang akurat mengenai jenis kendaraan dan volume konsumsi bahan bakar untuk memastikan subsidi benar-benar diberikan kepada mereka yang membutuhkan, bukan untuk kendaraan mewah atau industri,” ujar Deni.
Ia juga menyarankan agar pemerintah memperkuat edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan BBM subsidi. “Banyak pemilik kendaraan yang masih kurang memahami aturan subsidi. Perlu ada upaya lebih dari pemerintah dan Pertamina untuk memberikan informasi secara jelas dan konsisten, sehingga kesadaran publik bisa terbangun,” tambahnya.
Dedi berharap agar penerapan teknologi, seperti penggunaan aplikasi digital oleh Pertamina, bisa lebih dioptimalkan. “Inovasi teknologi adalah langkah yang baik, namun harus diimbangi dengan infrastruktur yang memadai dan pemantauan yang ketat agar tidak terjadi penyimpangan,” tegasnya.
Pernyataan Dedi ini memperkuat pandangan bahwa sinergi antara sektor otomotif, pemerintah, dan penyedia energi sangat penting dalam mencapai tujuan subsidi yang lebih adil dan tepat sasaran.
Diskusi yang berlangsung dinamis ini menghasilkan beberapa rekomendasi, termasuk perlunya perbaikan regulasi dan peningkatan kesadaran publik mengenai pentingnya penggunaan energi secara bertanggung jawab. Para peserta juga sepakat bahwa transformasi subsidi energi membutuhkan sinergi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk mencapai hasil yang maksimal.
Acara ditutup dengan optimisme bahwa langkah-langkah yang diambil Pertamina dan pemerintah akan membawa perubahan positif bagi distribusi subsidi energi di Indonesia.